Sensor Thermal




Pelindung Komponen Listrik dan Kipas Otomatis dengan PTC dan NTC (Thermistor)
 

1. Tujuan <kembali>

  • Mengetahui pengertian Sensor Ptc dan Ntc Thermistor

  • Mengetahui prinsip kerja Sensor Ptc dan Ntc Thermistor
  • Dapat membuat rangkaian sederhana dengan menggunakan Sensor Ptc dan Ntc Thermistor

 

2. Alat dan Bahan <kembali>

2.1. Alat : <kembali>

1 . Voltmeter DC

Difungsikan guna mengukur besarnya tegangan listrik yang terdapat dalam suatu rangkaian listrik. Dimana, untuk penyusunannya dilakukan secara paralel sesuai pada lokasi komponen yang sedang diukur.

2. Power supply

Power Supply atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Catu Daya adalah suatu alat listrik yang dapat menyediakan energi listrik untuk perangkat listrik ataupun elektronika lainnya.

 


2.2. Bahan : <kembali>

1. Resistor

Resistor merupakan komponen Elektronika Pasif yang memiliki nilai resistansi atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur besarnya arus yang mengalir dalam rangkaian.

 


Spesifikasi Resistor yang dipakai:

a. Resistor 3k

b. Resistor 10k

c. Resistor 15k

d. Resistor 17,8k 

e. Resistor 50k

f. Resistor 1,4k  



2. OP AMP

  Operational Amplifier atau Op-Amp adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai penguat sinyal input baik DC maupun AC.

Konfigurasi pin Op-Amp

Gelombang input dan output Op Amp

Datasheet Op-Amp
 


3.Transistor(BC547)


 Berfungsi sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan penyambung arus (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Pada rangkaian sensor ini transistor hanya digunakan sebagai saklar, dengan adanya arus di base maka transistor akan "on" sehingga akan ada arus dari kolektor ke emitor.

Spesifikasi Transistor:

1. DC Current gain(hfe) maksimal 800
2. Arus Collector kontinu(Ic) 100mA
3. Tegangan Base-Emitter(Vbe) 6V
4. Arus Base(Ib) maksimal 5mA

Data Sheet Transistor



Grafik respon



4. Sensor Ptc Thermistor

    Digunakan untuk mendeteksi suhu yang memiliki temperature positiv dan nilai resistansinya meningkat seiring dengan pertambahan suhu.


Konfigurasi pin PTC :

Spesifikasi :

Grafik sensor PTC


5. Sensor Ntc Thermistor

Spesifikasi :

    a. Resistensi pada 25 derajat C: 10K + - 1%

    b. Nilai-B (konstanta material) = 3950 + - 1%

    c. Faktor disipasi (tingkat kehilangan energi dari mode osilasi) δ th = (di udara) kira-kira

      7,5mW / K

    d. Konstanta waktu pendinginan termal <= (di udara) 20 detik

    e. Kisaran suhu termistor -55 ° C hingga 125 ° C


 Grafik respon suhu terhadap waktu:

 


Datasheet NTC



 6. Relay

Relay adalah komponen yang berfungsi untuk mengalirkan arus listrik yang besar dengan menggunakan kendali listrik arus kecil. Relay memiliki fungsi sebagai saklar atau elektromagnetik switch yang mana dikendalikan oleh magnet listrik.

Konfigurasi pin


Spesifikasi relay


7. Motor DC

Digunakan untuk output dari rangkaian dan berjalan jika sensor infrared berlogika 1

 

Grafik Motor DC


Tegangan Terukur 5V DC

 Spesifikasi item:

o   Tanpa kecepatan beban 12000 ± 15% rpm

o   Tidak ada arus beban ≤280mA

o   Tegangan operasi 1.5-9V DC

o   Mulai Torsi ≥250g.cm (menurut blade yang dikembangkan sendiri)

 o   mulai saat ini ≤5A

o   Resistansi Isolasi di atas 10Ω antara casing dan terminal DV 100V

o   Arah Rotasi CW: Terminal [+] terhubung ke catu daya positif, terminal [-] terhubung ke nagative

o   daya, searah jarum jam dianggap oleh arah poros keluaran

o   celah poros 0,05-0,35mm

 

3. Dasar Teori <kembali>

1. Resistor

Resistor atau hambatan adalah salah satu komponen elektronika yang memiliki nilai hambatan tertentu, dimana hambatan ini akan menghambat arus listrik yang mengalir melaluinya. Satuan Resistor adalah Ohm (simbol: Ω) yang merupakan satuan SI untuk resistansi listrik. Dalam sejarah, kata ohm itu diambil dari nama salah seorang fisikawan hebat asal German bernama George Simon Ohm. Beliau juga yang mencetuskan keberadaan hukum ohm yang masih berlaku hingga sekarang.

Rumus dari Rangkaian Seri Resistor: Rtotal = R1 + R2 + R3 + ….. + Rn

Rumus dari Rangkaian paralel Resistor: 1/Rtotal = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + ….. + 1/Rn

Rumus resistor dengan hukum ohm: R = V/I

Cara menentukan nilai resistor dapat dilihat dengan gelang warna pada tabel berikut:

contohnya sebagai berikut



2. Transistor

Transistor NPN

Pada transistor NPN, semikonduktor tipe-P diapit oleh dua semikonduktor tipe-N. Transistor NPN juga dapat dibentuk dengan menghubungkan anoda dari dua dioda sebagai base dan katoda sebagai kolektor dan emitor. Arus mengalir dari kolektor ke emitor karena potensial kolektor lebih besar daripada base dan emitor.

 


Transistor PNP


Pada transistor PNP, semikonduktor tipe-N diapit oleh dua semikonduktor tipe-P. Transistor PNP juga dapat dibentuk dengan menghubungkan katoda dari dua dioda sebagai base dan anoda sebagai kolektor dan emitor. Hubungan emitter-base foward bias sementara collector-base reverse bias. Jadi, arus mengalir dari emitor ke kolektor karena potensial emitor lebih besar daripada base dan kolektor.


Transistor sebagai saklar

Jika ada arus yang cukup besar di kaki basis, transistor akan mencapai titk jenuh (saturasi). Pada titk jenuh ini transistor mengalirkan arus secara maksimum dari kolektor ke emitor sehingga transistor seolah-olah short pada hubungan kolektor-emitor. Jika arus base sangat kecil maka kolektor dan emitor bagaikan saklar yang terbuka. Pada kondisi ini transistor dalam keadaan cut-off sehingga tidak ada arus dari kolektor ke emitor. Nilai resistor terhubung ke base (Rb) dapat dihitung dengan;

Rb = Vbe / Ib

 

Transistor sebagai penguat

Transistor sebagai penguat jika bekerja dalam daerah aktif. Tegangan, arus, dan daya dapat diperkuat dengan beberapa konfigurasi seperti common emitter, common colector, dan common base.

DC Current Gain = Collector Current (Ic) / Base Current (Ib)


3. IC OP-AMP

Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan beberapa konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang tak berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang kecil.

Op-Amp memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:

a. Penguat tegangan tak berhingga (AV = )

b. Impedansi input tak berhingga (rin = )

c. Impedansi output nol (ro = 0) d. Bandwidth tak berhingga (BW = )

d. Tegangan offset nol pada tegangan input (Eo = 0 untuk Ein = 0)

Rangkaian Dasar OP AMP

a. OP AMP Inverting


Penguatan yang outputnya berbeda fasa 180° dengan inputnya, bila input positif maka output akan menjadi negatif.
 

Vout = - (Rf / R1) Vin

b. OP AMP Non Inverting


Penguatan yang outputnya sama dengan input yaitu tidak ada pembalikan fasa.
 

Vout = Vin (1 + Rf / Rin)

 

4. Sensor Ptc Thermistor

Thermistor PTC

Thermistor merupakan resistor yang sensitif terhadap perubahan suhu dalam listrik. Resistansi akan berubah jika temperature badan sensor berubah. Hal ini berbeda dibandingkan dengan a wirewound or metal film resistance temperature.

Pada temperature dibawah 0 derjat sampai r min maka nilai resistansinya rendah dan RT vs T memberikan koefisien negative. Jika temperature naik maka resistansi akan menjadi positif dan menjadi naik. Ketika batas atau switching temperature maka tingkat kenaikan akan lebih signifikan dan karakteristik Ptc semakin curam. Ketika response menjadi maximum maka koefisien akan menjadi negative kembali.


5. Thermistor NTC

Thermistor adalah salah satu jenis Resistor yang nilai resistansi atau nilai hambatannya dipengaruhi oleh Suhu (Temperature). Thermistor merupakan singkatan dari “Thermal Resistor” yang artinya adalah Tahanan (Resistor) yang berkaitan dengan Panas (Thermal). Thermistor terdiri dari 2 jenis, yaitu Thermistor NTC (Negative Temperature Coefficient) dan Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient).

 

 Nilai Resistansi Thermistor NTC akan turun jika suhu di sekitar Thermistor NTC tersebut tinggi (berbanding terbalik / Negatif). Sedangkan untuk Thermistor PTC, semakin tinggi suhu disekitarnya, semakin tinggi pula nilai resistansinya (berbanding lurus / Positif).

 

·       Simbol dan Gambar Thermistor NTC

 

Berikut ini adalah Simbol dan Gambar Komponen Thermistor NTC :

Contoh perubahaan Nilai Resistansi Thermistor NTC saat terjadinya perubahan suhu disekitarnya (dikutip dari Data Sheet salah satu Produsen Thermistor MURATA Part No. NXFT15XH103), Thermistor NTC tersebut bernilai 10kΩ pada suhu ruangan (25°C), tetapi akan berubah seiring perubahan suhu disekitarnya. Pada -40°C nilai resistansinya akan menjadi 197.388kΩ, saat kondisi suhu di 0°C nilai resistansi NTC akan menurun menjadi 27.445kΩ, pada suhu 100°C akan menjadi 0.976kΩ dan pada suhu 125°C akan menurun menjadi 0.532kΩ. Jika digambarkan, maka Karakteristik Thermistor NTC tersebut adalah seperti dibawah ini :


Pada umumnya Thermistor NTC adalah Komponen Elektronika yang berfungsi sebagai sensor pada rangkaian Elektronika yang berhubungan dengan Suhu (Temperature). Suhu operasional Thermistor berbeda-beda tergantung pada Produsen Thermistor itu sendiri, tetapi pada umumnya berkisar diantara -90°C sampai 130°C. Beberapa aplikasi Thermistor NTC di kehidupan kita sehari-hari antara lain sebagai pendeteksi Kebakaran, Sensor suhu di Engine (Mesin) mobil, Sensor untuk memonitor suhu Battery Pack (Kamera, Handphone, Laptop) saat Charging, Sensor untuk memantau suhu Inkubator, Sensor suhu untuk Kulkas, sensor suhu pada Komputer dan lain sebagainya. Thermistor NTC atau Thermistor PTC merupakan komponen Elektronika yang digolongkan sebagai Komponen Transduser, yaitu komponen ataupun perangkat yang dapat mengubah suatu energi ke energi lainnya. Dalam hal ini, Thermistor merupakan komponen yang dapat mengubah energi panas (suhu) menjadi hambatan listrik.

1. Resistensi Daya-Nol dari Termistor: (R)

Titik referensi yang nyaman untuk termistor yang disediakan oleh resistansi adalah pada 25 ° C (pada dasarnya pada suhu kamar). Rumus yang digunakan untuk menentukan resistansi termistor:

 

                                                               R = R0 expB (1 / T-1 / T0)

 

Dimana, R = Resistensi pada suhu lingkungan T (K)

 

           R0 = Resistensi dalam suhu lingkungan T0 (K)

 

             B = Konstanta material

 

2. Konstanta Material: (B)

Konstanta material B mengontrol kemiringan karakteristik RT seperti yang ditunjukkan pada gambar. Nilai B bervariasi menurut suhu dan ditentukan antara dua suhu 25 ° C dan 85 ° C dengan rumus:



B25 / 85 = ln (R 85 / R 25 ) / (1 / T - 1 / T 0 )

 

B 25/85 adalah nilai yang digunakan untuk membandingkan dan mengkarakterisasi keramik yang berbeda. Toleransi pada nilai ini disebabkan oleh komposisi material

 

3. Koefisien suhu Resistensi: ( α )

Nilai ini menunjukkan kepekaan suatu sensor menurut perubahan suhu. Ini didefinisikan sebagai:

 

                                       α = ∆ B / T 2

Rumus tersebut menyatakan bahwa toleransi relatif pada α sama dengan toleransi relatif pada nilai B.

4. Konstanta Waktu Termal

 

Ini adalah periode waktu di mana suhu termistor akan berubah dengan cepat 63,2% perbedaan suhu (T 0 ) dari suhu lingkungan (T 1 ).

 

5. Konstanta Disipasi Termal

 

Besarnya daya listrik P (mW) yang dikonsumsi pada T1 (suhu lingkungan) dan T2 (suhu thermistor naik), dengan rumus sebagai berikut:

 

                                       P = C (T2-T1)

Di mana, C adalah konstanta disipasi termal.

 

6. Relay

Relay adalah Saklar (Switch) yang dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen Electromechanical (Elektromekanikal) yang terdiri dari 2 bagian utama yakni Elektromagnet (Coil) dan Mekanikal (seperangkat Kontak Saklar/Switch). Relay menggunakan Prinsip Elektromagnetik untuk menggerakkan Kontak Saklar sehingga dengan arus listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan lebih tinggi. Sebagai contoh, dengan Relay yang menggunakan Elektromagnet 5V dan 50 mA mampu menggerakan Armature Relay (yang berfungsi sebagai saklarnya) untuk menghantarkan listrik 220V 2A.



 Ada besi atau yang disebut dengan nama inti besi dililit oleh sebuah kumparan yang berfungsi sebagai pengendali.  Sehingga kumparan kumparan yang diberikan arus listrik maka akan menghasilkan gaya elektromagnet.  Gaya tersebut selanjutnya akan menarik angker untuk pindah dari biasanya tutup ke buka normal.  Dengan demikian saklar menjadi pada posisi baru yang biasanya terbuka yang dapat menghantarkan arus listrik.  Ketika armature sudah tidak dialiri arus listrik lagi maka ia akan kembali pada posisi awal, yaitu normal close.

Fitur:

 1. Tegangan pemicu (tegangan kumparan) 5V

 2. Arus pemicu 70mA

 3. Beban maksimum AC 10A @ 250 / 125V

 4. Maksimum baban DC 10A @ 30 / 28V

 5. Switching maksimum

 

7. Motor DC

 Prinsip Kerja Motor DC

Terdapat dua bagian utama pada sebuah Motor Listrik DC, yaitu Stator dan Rotor. Stator adalah bagian motor yang tidak berputar, bagian yang statis ini terdiri dari rangka dan kumparan medan. Sedangkan Rotor adalah bagian yang berputar, bagian Rotor ini terdiri dari kumparan Jangkar. Dua bagian utama ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa komponen penting yaitu diantaranya adalah Yoke (kerangka magnet), Poles (kutub motor), Field winding (kumparan medan magnet), ArmatureWinding (Kumparan Jangkar), Commutator (Komutator)dan Brushes (kuas/sikat arang).

Pada prinsipnya motor listrik DC menggunakan fenomena elektromagnet untuk bergerak, ketika arus listrik diberikan ke kumparan, permukaan kumparan yang bersifat utara akan bergerak menghadap ke magnet yang berkutub selatan dan kumparan yang bersifat selatan akan bergerak menghadap ke utara magnet. Saat ini, karena kutub utara kumparan bertemu dengan kutub selatan magnet ataupun kutub selatan kumparan bertemu dengan kutub utara magnet maka akan terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan pergerakan kumparan berhenti

Untuk menggerakannya lagi, tepat pada saat kutub kumparan berhadapan dengan kutub magnet, arah arus pada kumparan dibalik. Dengan demikian, kutub utara kumparan akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatannya akan berubah menjadi kutub utara. Pada saat perubahan kutub tersebut terjadi, kutub selatan kumparan akan berhadap dengan kutub selatan magnet dan kutub utara kumparan akan berhadapan dengan kutub utara magnet. Karena kutubnya sama, maka akan terjadi tolak menolak sehingga kumparan bergerak memutar hingga utara kumparan berhadapan dengan selatan magnet dan selatan kumparan berhadapan dengan utara magnet. Pada saat ini, arus yang mengalir ke kumparan dibalik lagi dan kumparan akan berputar lagi karena adanya perubahan kutub. Siklus ini akan berulang-ulang hingga arus listrik pada kumparan diputuskan.

4. Percobaan <kembali>

4.1. Prosedur Percobaan <kembali>

1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan

2. Disarankan agar membaca datasheet setiap komponen

3. Cari komponen yang diperlukan di library proteus

4. Pasang Sensor ptc dan ntc, resistor , relay, motor dc, transistor dan power suply sesuai gambar rangkaian dibawah

5.Buat rangkaian pengkondisi sinyal 

6. Atur nilai resistor serta sensor ptc dan ntc

7. Coba dijalankan rangkaian apabila ouput hidup(motor dc) maka rangkaian bisa digunakan

4.2. Rangkaian Simulasi <kembali>

 Ketika sensor ptc berada pada rentangan suhu (15-105 derjat) maka output sensor ptc berjalan dan ketika sensor ntc berada pada rentangan suhu di bawah 25 derjat maka output sensor off


 Ketika sensor ptc berada pada rentangan suhu (>105 derjat) maka output sensor ptc off dan ketika sensor ntc berada pada rentangan suhu di atas 25 derjat maka output sensor on



  Ketika sensor ptc berada pada rentangan suhu (15-105 derjat) maka output sensor ptc berjalan dan ketika sensor ntc berada pada rentangan suhu di atas 25 derjat maka output sensor on




4.3. Prinsip Kerja <kembali>

    Pada Rangkaian ini di analogikan bahwa jika output(motor) off atau mati maka terjadi overheat pada komponen listrik.Pada rangkaian ini sensor ptc akan mentolerir suhu yang berada pada kisaran (0-105). Jika berada pada suhu tersebut maka arus akan mengalir dari power supply dan msuk ke sensor PTC. Jika bersuhu 15 derajat maka akan terbaca tegangan output sensor sebesar 1.24V.lalu terjadi percabangan arus yang mana arus masuk ke R2 dan dan ke R1 yang mana dari R1 ini menuju ground. Arus dari R2 akan masuk ke kaki negative op amp inverting dan akan terjadi penguatan tegangan sebesar 1.1x dan terbaca output -1.36V lalu akan terjadi penguatan sekali lagi ke op amp inverting sebesar 1.2x dan terbaca output 1.64V lalu masuk ke transistor. Jika transistor tegangan kurang dari 0,7V maka transistor off. Arus juga mengalir dari power supply dan masuk ke relay sehingga motor dc berputar. Jika suhu berada pada batas yang telah ditetapkan yaitu >105 derajat maka motor dc akan off karena tegangan pada transistor kurang dari 0.7V

    Pada rangkaian sensor Ntc jika sensor mendeteksi suhu >25 (dimisalkan pada suhuh 27) derajat maka output sensor akan aktiv dan arus akan mengalir dari power supply lalu masuk ke sensor dan terbaca tegangan output sebesar 0.13V lalu terjadi percabangan , arus masuk ke R7 dan ke kaki negative op amp inverting. Di op amp inverting terjadi penguatan sebesar 3x dan terukur tegangan output op amp inverting pertama yaitu -0.40V lalu terjadi penguatan sekali lagi di op amp inverting dengan penguatan sebesar 4x sehingga tegangan output menjadi 1.59V. setelah itu arus akan mengalir ke transistor dan akan mengaktifkan relay sehingga motor dc berputar yang dianalogikan sebagai kipas.Jika Ntc suhu yang terukur kurang dari <22 derajat maka output sensor tidak aktiv karena tegangan transistor tidak cukup.

 

4.4. Video <kembali>




4.5. Download File <kembali>

   Download HTML

   DownloadFile Rangkaian Proteus  

   Donwload Video Rangkaian 

   Data Sheet Relay 

   Data Sheet Sensor Ptc Thermistor 

   Data Sheet Sensor Ntc Thermistor

   Data Sheet Resistor

   Data Sheet OP AMP

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar